Topik hilirisasi ini lagi rame banget. Pemerintah bilang udah banyak kemajuan, berita-berita di TV juga penuh angka-angka yang keliatannya meyakinkan. Tapi sebagai orang yang (meskipun bukan pelaku industri besar) cukup peduli dan banyak ngamatin dari pinggir lapangan.
Ada Banyak Yang Patut Diapresiasi
Kita mulai dari yang positif dulu, ya. Karena emang ada banyak kemajuan nyata, bukan cuma basa-basi politik.
Contoh paling konkret: industri nikel. Sejak larangan ekspor nikel mentah diberlakukan tahun 2020, Indonesia langsung kelihatan beda. Dalam hitungan dua tahun aja, ekspor produk nikel olahan naik tajam. Bahkan, menurut data resmi, kontribusi ekspor produk nikel ke perekonomian naik dari sekitar $3 miliar jadi hampir $30 miliar. Itu bukan angka kecil. Gede banget.
Bukan cuma duit, tapi juga efek riil di lapangan. Gue pernah ke Sulawesi Tenggara, tempat berdirinya beberapa smelter nikel. Di sana, banyak warga lokal yang dulunya kerja kasar, sekarang kerja sebagai teknisi, staf quality control, bahkan manajer shift. Skill naik, gaji naik, dan ekonomi sekitar ikut bergerak. Warung makan, kos-kosan, bengkel, semua kecipratan rejeki.
Jadi Gagal Atau Berhasil
Gue pribadi akan bilang: sejauh ini hilirisasi sudah menunjukkan hasil positif, tapi belum sepenuhnya berhasil. Kita baru di awal jalan. Dan jalan ini panjang banget.
Kayak orang lagi lari maraton, Indonesia baru lewatin kilometer 10 dari 42. Masih jauh, tapi arah larinya udah bener. Kalau bisa konsisten, nggak nyasar, dan semua pihak terlibat baik swasta, pemerintah daerah, UMKM, masyarakat gue yakin kita bisa sampai finish.
Jadi ya, kalau ditanya apakah hilirisasi berhasil Jawaban gue: sedang menuju ke sana. Masih banyak PR, tapi bukan berarti nggak ada kemajuan.