Gue dulu nggak ngerti-ngerti amat soal produk andalan hilirisasi. Kesannya rumit banget dan kayak cuma urusan pejabat atau pengusaha gede. Tapi makin sering denger berita soal nikel, bauksit, dan sawit, gue jadi kepo. Ternyata, ini semua ujung-ujungnya soal kita juga — soal kerjaan, harga barang, bahkan soal kita bakal jadi negara maju atau nggak.
Hilirisasi itu intinya jangan cuma jual bahan mentah, olah dulu, jual dalam bentuk jadi atau setengah jadi. Logikanya kayak gini: lu punya mangga segar, tapi malah lu ekspor mangga mentah ke luar. Eh, mereka olah, jadi jus mangga botolan, terus dijual lagi ke Indonesia… lebih mahal.
Sekarang pemerintah makin serius ngegas program hilirisasi, dan beberapa produk andalan udah dikunci bakal terus difokusin. Biar gue bagi ya, berdasarkan apa yang udah gue pelajari dan dari obrolan gue sama beberapa pelaku industri juga.
Nikel Bahan Bakar Industri Baterai
Nikel ini superstar-nya hilirisasi Indonesia. Setelah pemerintah nutup keran ekspor nikel mentah di 2020, banyak yang protes, terutama dari luar negeri. Tapi efeknya luar biasa: muncul pabrik-pabrik smelter, lapangan kerja bertambah, dan yang paling gila—Indonesia sekarang udah mulai masuk ke industri baterai kendaraan listrik (EV).
Gue pernah ngobrol sama temen gue yang kerja di kawasan industri Morowali. Katanya, dulu banyak orang lokal kerja serabutan, sekarang udah pegang alat berat atau quality control di pabrik pengolahan nikel. Skill naik, gaji juga naik.
Bauksit Menuju Industri Aluminium
Bauksit ini bahan baku aluminium. Dan sama kayak nikel, pemerintah juga udah setop ekspor bauksit mentah. Sekarang diarahkan buat dibangun smelter di dalam negeri.
Kenapa ini penting? Karena aluminium itu dipakai di mana-mana: dari kemasan makanan sampai bodi pesawat. Kalau kita bisa olah sendiri, bukan cuma hemat devisa, tapi bisa jadi eksportir produk high value.
Tapi ya, di lapangan, tantangannya banyak juga. Mulai dari izin lahan smelter yang ribet, sampai masalah lingkungan. Tapi pemerintah katanya bakal bantu dengan insentif fiskal dan regulasi yang lebih ramah.
Crude Palm Oil (CPO) – Dari Minyak Goreng ke Bioenergi
Kalau soal CPO, ini gue punya pengalaman pribadi. Gue pernah bantuin temen yang punya usaha minyak goreng curah kecil-kecilan. Waktu harga sawit naik gara-gara ekspor dibatasi, dia sempat kelimpungan karena bahan bakunya susah didapet.
Tapi sekarang pemerintah mulai dorong hilirisasi CPO, bukan cuma buat minyak goreng, tapi juga produk turunannya kayak kosmetik, sabun, margarin, bahkan biofuel (biodiesel B35). Ini keren sih, karena kalau kita bisa manfaatin semua bagian dari sawit, bukan cuma untungnya makin besar, tapi juga lebih efisien dan ramah lingkungan.
Tembaga Mendukung Industri Teknologi
Tembaga itu bahan penting buat kabel, elektronik, sampai komponen mobil listrik. Di Papua, tambang Grasberg punya potensi besar. Nah, pemerintah dorong agar hasil tambang itu diolah di smelter dalam negeri, salah satunya yang sekarang dibangun di Gresik.
Ini langkah penting supaya kita nggak cuma jadi penambang, tapi juga jadi produsen barang teknologi yang punya nilai tambah tinggi.
hilirisasi bukan sekadar strategi ekonomi. Ini soal mental bangsa: kita mau jadi negara produsen atau terus-terusan jadi pengepul bahan mentah
Pemerintah udah nunjukin sinyal kuat buat terus ngejalanin ini. Sekarang giliran kita yang ikut main, bukan cuma nonton dari pinggir.